Minggu, Juli 04, 2010
Diposting oleh
Haqqi Pradipta
Review Buku CURHAT SETAN
by eviwidi in Resensi Buku Fiksi, Resensi Buku Non Fiksi, Review Buku Fiksi, Review Buku Non Fiksi Tag:curhat Setan, Fahd Djibran, Gagasmedia
Dunia yang penuh curahan hati
Judul : Curhat Setan
No. ISBN : 9797803732
Penulis : Fahd Djibran
Penerbit : GagasMedia
Tanggal terbit : November – 2009
Jumlah Halaman :172
Harga Buku : Rp 28.000
Jenis Cover : Soft Cover
Dimensi(L x P) :130x190mm
Text Bahasa : Indonesia
Lagi-lagi saya harus berusaha menyampaikan, saudaraku sekalian, ini bukan buku horror, percayalah, Curhat Setan isinya adalah buku curahan hati manusia juga, bukan hanya setan!
Curahan hati atau curhat, bisa berwujud bermacam bentuk; ngobrol berbusa-busa, telepon berjam-jam, sms beruntun bagai bombardir, surat berlembar-lembar, email-email panjang, puisi mendayu-dayu, lagu cengeng tersedu-sedu, status di FB,Twitter, Plurk dan lain-lain, bahkan gara-gara curhat ada yang sampai masuk penjara…oh..curhat.. kau jadikan manusia termehek-mehek karena dirimu, bahkan sekarang setanpun tak luput dari virusmu.
Setelah membaca eksperimen tulisan-tulisan meleleh (catet: huruf-hurufnya benar-benar dibikin berjatuhan bagai meleleh) di buku So real/Surreal-nya Nugroho Nurarifin, buku bacaan yang ini juga semacam ekserimen. Bingung untuk mengkaterorikan, apakah ini fiksi atau non fiksi. Tapi di bagian belakang cover, tercetak kategori: SASTRA. Ya sudahlah.
Terkadang Fahd memang menulis semacam curahan hati, kadang berteka-teki, kadang merenung, kadang juga seperti sedang berteori dengan menyebut teori dari filsuf-filsuf sinting, hingga kadang jika pada bagian itu saya teringat The Black Swan yang sukses membuat saya sakit kepala.
Curhat Setan, mengajak kita untuk sedikit mundur. Menciptakan jarak, spasi, jeda. Pada segala sesuatu yang sebenarnya layak kita pertanyakan. Di wilayah yang bernama: antara. Antara baik dan buruk. Antara hitam dan putih, harus dan jangan, panas dan dingin, ya dan tidak, dan semua pilihan-pilihan lainnya.. Bahkan antara kita dan bayangan yang ada di cermin saat kita menatapnya. Jarak membuat segala sesuatu menjadi lebih memiliki makna, memiliki ruang untuk dinikmati. Dan memiliki kesempatan untuk “menjadi”.
Karena berdosa membuatmu selalu bertanya. Ya, setiap manusia yang konon jatuh ke dunia karena dosa, pasti akan mempertanyakan. Bila telah berbuat sesuatu yang dianggap ‘berdosa’ seberapa besar dosa tersebut, bagaimana menebusnya, apakah akan dibakar kita dalam api neraka, apakah akan mendapat karma, dan seterusnya,dan seterusnya,dan seterusnyaaa….
Dibuat dengan bab pendek, buku Curhat Setan terasa lincah. Perenungan tentang makna Pergi, Nafsu,Alasan,Bohong dan lain-lain adalah kosa kata yang hampir selalu ada dalam kehidupan kita namun terkadang luput untuk kita dalami maknanya. Membaca bagian Memoria, saya sempat menitikkan air mata. Inilah prestasi terbesar buku ini, sukses membuat mata berkaca-kaca.
“aku ingin mencintaimu seperti lagu wajib di sekolah dasar dulu/ lagu yang tak meminta kemampuan apa-apa, sederhana/ lagu yang hanya meminta dirinya dinyanyikan, itu saja” (hal: 29)
Saat-saat mencintai, terkadang membuat kita lupa, bahwa tidaklah “kau milikku” “aku takut kehilangan kamu” yang membuat kita sering terjerembab dalam rasa possesif, over cemburu, egois dan berusaha menguasai satu sama lain, hingga sekadar untuk acara “saling mendengarkan” adalah hal yang langka. Saya setuju dengan ungkapan Fahd di buku ini bahwa: mendengarkan adalah saling membuka diri: saling memberi dan menerima dengan tulus (hal: 23). Karena keberadaan cinta, bukanlah hanya “untukku” atau “untukmu” tetapi “untuk kita”. Karena adanya “kita” maka cinta itu ada. Dan karena cinta maka “kita” itu ada.
Meskipun kedengarannya berat, perenungan-perenungan yang ditulis Fahd masih dalam taraf ringan. Meskipun sebenarnya jika mau dibahas lebih dalam lagi seperti halnya teori ketidak pastian-nya Nassim di buku The Black Swan yang begitu rumit dengan referensi beratus-ratus buku dan kejadian atau Outliers-nya Malcolm Gladwell, buku Fahd bisa juga berwujud demikian.
Tapi sepertinya, memang buku ini dibuat untuk memberi pencerahan sedikit dengan tulisan yang memang hanya sedikit pembahasannya. Bisa dibilang, inilah potret perenungan kecil. Jika kalian ingin merefleksi diri sejenak, buku ini layak untuk kalian, dan aku rekomendasikan.
—————
Note: Konon kabarnya, buku ini adalah sekuel dari buku Fahd sebelumnya yaitu: A Cat in My eyes: Karena bertanya tak membuatmu berdosa. Dan berhubung saya belum membaca buku itu, jadi saya tidak menyinggungnya di review ini. So, jika penasaran silakan dicari sendiri di toko buku ya..:)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
When the first cars came on the European roads it was meant only for Couple Watches the upper class
BalasHapus